ANEKAFAKTA.COM,Jakarta
Literasi pencak silat Indonesia kini bertambah lagi. Karya Gres Grasia Azmin berjudul “Memori Kolektif Orang Betawi Dalam Maen Pukulan Beksi Tradisional H. Hasbullah” diluncurkan pada Senin, 20 Maret 2023 di Kantor Yayasan Pustaka Obor Indonesia Jl. Plaju No.10, RT.10/RW.20, Kb. Melati, Kecamatan Tanah Abang, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 10230.
Turut hadir dalam diskusi antara lain Hilmar Farid selaku Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek RI, Taufik Abdullah sebagai Sejarahwan Indonesia, Pudentia Ketua Asosiasi Tradisi Lisan Indonesia, Baba Sabenuh Masir Guru Besar Silat Beksi Tradisional H. Hasbullah, Firman Haris Ketua DPW PPSI DKI Jakarta, para pesilat Cikalong, Cingkrik, Gado-gado Betawi Bekasi, mahasiswa dan pelajar.
“Selamat atas terbitnya karya Ibu Gres, semoga ini akan terus berlanjut memicu karya-karya silat lain yang belum terdokumentasikan dengan baik,” kata Rosalia Sciortino selaku istri dari alm O’ong Maryono, maestro pencak silat Indonesia dalam sambutannya disela kegiatan memperingati 10 tahun wafatnya Guru O’ong Maryono.
Dijelaskannya bahwa Guru O’ong Maryono bukan hanya praktisi pencak silat semata, tetapi juga mendalami ranah keilmuan atau akademisinya pencak silat tradisi. Karya masterpiecenya berjudul “Pencak Silat Merentang Waktu” seolah tak pernah habis ditelan masa.
“Bahkan buku ini telah diterbitkan dalam edisi bahasa Inggris dan telah dicetak dalam bahasa Indonesia edisi ketiga,” jelasnya.
Senada dengan itu, Agus Mulyana salah satu penulis dari Padepokan Pencak Silat Setia Hati menegaskan bahwa karya Guru O’ong Maryono ibarat sumur yang tak pernah kering karena penelitiannya menjarah seluruh wilayah Indonesia dan menggunakan sumber-sumber yang kredibel.
“Beliau tidak hanya menguasai satu atau dua aliran silat saja. Bahkan aliran martial art luar pun banyak dikuasainya, inilah salah satu kekayaan ilmu Guru O’ong Maryono,” tegasnya.
Dikesempatan yang sama Gres Grasia Azmin sang penulis buku “Memori Kolektif Orang Betawi Dalam Maen Pukulan Beksi Tradisional H. Hasbullah” menambahkan bahwa ketertarikannya mengapa objek kajiannya adalah aliran Silat Beksi H. Hasbullah,”Karena pada tahun 2007 itu, saya cari dalam situs internet yang paling eksis dan sering muncul adalah Silat Beksi Tradisional H. Hasbullah,” pungkasnya.
Tidak hanya membahas Beksi sebagai silat dalam bukunya. Tetapi di dalamnya memuat keterangan bagaimana pengetahuan Beksi ini mulai dari kisah-kisah, tradisinya, hingga segi sosial politik terus ditransformasikan kepada generasi penerus hingga saat ini,”Dan jika Beksi ini hilang, maka hilang pulalah karakteristik Orang Betawi,” imbuhnya.
Beragam pertanyaan, komentar, dan saran muncul dilontarkan para peserta sehingga tak terasa sampai waktu Maghrib. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan makan malam dan atraksi jurus pencak silat yang dipersembahkan oleh Padepokan/Perguruan Pencak Silat Tradisi seperti Hikayat Beksi, Jurusi Beksi Tradisional H. Hasbullah, KPS Nusantara, Cingkrik, Inti Raga Silibet, dan lainnya.