Coretan, curhatan, umpatan, pujian, dll. yang setiap hari silih berganti di halaman Facebook seakan bagaikan layar yang terus berjalan sehingga hanya bisa dilihat pesan terkahir saja. Tapi, hal itu tidak berlaku bagi Bu Lia (Dr Rosalia Sciortino Sumaryono, pernah bekerja di kantor Ford Foundation di Jakarta). Bertepatan dengan “100 Hari Mengenang O’ong Maryono” Bu Lia membukukan pesan di halaman Facebook Mas O’ong, suami Bu Lia. Catatan di halaman depan Facebook menunujukkan ada 5.983 foto dengan 4.000-an teman dengan 220 yang berteman dengan penulis. Mas O’ong meninggal dunia di Singapura, 20 Maret 2013, karena kanker usus buntu.
Langkah Bu Lia membukukan pesan dan kesan dari teman, sehabat, serta murid-murid Mas O’ong sebagai pendekar dan pelatih pencak silat dari berbagai tempat di seluruh dunia merupakan bagian dari upaya Bu Lia menggambarkan kecintaan terhadap Mas O’ong. Ketika Mas O’ong di rumah sakit (16-20 Maret 2013) pesan pun masuk ke Facebook dan saling balas, seperti dengan Djaduk Ferianto, yang saling mengeluh tapi saling mendukung dan mendoakan. Mendokumentasikan percakapan di Facebook dalam bentuk buku merupakan upaya memberikan gambaran utuh tentang satu hal, dalam hal ini Bu Lia ingin menunjukkan secara terbuka komentar dan tanggapan yang berkaitan dengan Mas O’ong sebagai pribadi, suami dan pendekar silat. Tentu hal itu jadi penting karena dipaparkan secara terbuka tanpa editing yang diperkaya dengan foto dan ilustrasi sehingga makna percakapan menjadi hidup.
Lihat saja pesan Lies Marcoes ini (halaman 5): Teman-teman yang baik, mohon doanya, Mas Oong Maryoo kemarin masuk rumah sakit Mount Elizabeth lagi. …. Pesan ini pun langsung ditanggapi banyak orang yang semua mendukung untuk mendoakan kesembuhan Mas O’ong. Priode di rumah sakit menampilkan banyak pesan dan kesan serta dukungan dan doa.
Pesan terakhir dari Farha Ciciek: Mas O’ong dan Lia Sciortino yang baik … salah dan doa kami dari negeri Tanoker Ledokombo … semoga selalu dikaruniai sehat lahir dan batin …amin. Pada bagian “Berpulang ke Pelukan Tuhan” 20 Maret 2013 diawali dengan pesan dari Yossy Poediono: inalilahi wainailaihi rajiun … Telah Meninggal dunia Seorang Sahabat, Guru, Tokoh Silat O’ong Maryono Semoga di terima disi Allah SWT dan dimaafkan segala kesalahannya …. Ucapan belangsungkawa datang dari banyak orang, termasuk pesan dalam bahasa asing.
Seperti dari Antonio Coppola ini: Cara Lia, un caro affettuoso abbraccio di cuore, nel ricordo bellissimo dei pochi incontri avuti con un galantuomo. Ti siamo vicini. Selain kirim belangsungkawa juga banyak yang menyertakan foto kenangan. Foto-foto tsb. juga merupakan bagian dari pandangan mereka terhadap Mas O’ong.
Bagian ini diakhiri dengan pesan dari Dody Firmanda dengan foto (sayang fotonya gelap): …. jenazah O’ong Maryono memasuki ruang aula serbaguna Padepokan Pencak Silat TMII utk disemayamkan setibanya dari Singapore. Selanjutnya ada bagian “Tahlil dan Doa Bersama” (21-25 Maret 2013).
Diawali dengan pesan dari Lia Sumaryono Sciortino dengan potongan-potongan berita di media cetak: Pemberitahuan di Italia/Announcement in Italy. Ada foto salat jenazah dengan berbagai komentar, seperti dari Syarif Prasetyo: Selamat jalan Kang O’ong Maryono perjuanganmu untuk menduniakan Pencak Silat akan terus terkenang.
Bagian ini diakhir dengan pesan dari Ifam Fakhri: saya hamya keal lewat bukunya n melu jarsos FB, kepada rekan2, saya ingin sekali memiliki buku biografi tentang beliau …. jdi yukk kita bekerja sama agar bisa menerbitkan buku biografi tentang beliaauu. Seperti disebutkan Bu Lia pada pengantar buku tidak semua pesan bisa ditampilkan karena alasan teknis. Tapi, pesan yang dimuat di buku ini bukan dipilih, tapi semua pesan pada priode tertentu. Pesan dari Lea Lastrilla Espallardo: Remembering O’ong and praying for Lia’s courage … merupakan salah satu pesan di bagian “Menuju Peringatan 40 Hari” . 26 Maret 2013 – 28 April 2013.
Di bagian ini ada foto guntingan berita di media cetak: IPSI pun Siap Hadapi Thai-Boxing dengan gambar gaya pencak silat. Ada juga pesan dari Jerman: Pencak Silat – Germany: Requiescat in pace The Best of the Best, true Pecak Silat Legends: O’ong Maryono (28.07.1953 – 20.03.2013) dan Tony Widya. 7 April Lia Sciortino Sumaryono mengirim pesan: Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua teman-teman yang saya tidak bisa sebut satu per satu atas ucapan duka cita & doa ….
Ini ungkapan perasaan Bu Lia terkait dengan pesan-pesan yang masuk ke Facebook Mas O’ong dengan berbagai macam bentuk dan gaya. Pesan terus-menerus masuk ke halaman Facebook Mas O’ong sampai pada “Antara Hari 40 dan 100” 29 April-27 Juni 2013. Diawali dengan pesan dari Tiziana ‘Tirtha’Giammetta yang dilengkapi dengan foto-foto cuplikan kegaitan pencak silat. Selanjutnya ada pesan Denis Brecevas yang memberikan alamat youtobe tentang “Dewan Guru O’ong Maryono”.
Esthi Susanti Hudiono menulis tentang “ LEGENDA DUNIA PENCAK SILAT”. Selain menggambarkan pencak silat, Esthi pun menggoreskan pandangannya: …. yang menggetarkan hati adalah kisah cinta almarhum (O’ong Maryono-pen.) dan Rosalisa Sciortino. Perbedaan yang begitu banyak bisa disatukan oleh cinta mereka …. Pesan dan foto-foto yang menggambarkan kegiatan almarhum di dunia percak silat memberikan realitas tentang kehidupan dia di dunianya. Di ujung bagian ini ada foto Lia dan O’ong yang dipotret dari belakang: O’ong Maryono Cinta itu tiada batas negara, batas agama dan ras dan warna kulit (di-posting 19 Juni 2012 pkl 4.27 pm).
Tentu saja kalau hanya membaca pesan dan kesan seakan kiprah Mas O’ong di dunia perpencaksilatan hanya bagi sebagian orang saja. Maka, melalui “Pencak Malioboro Festival & Tribute kepada O’ong Maryono” pada 1-2 Juni 2013 menjadi bukti keberadaan Mas O’ong dalam kancah pencak silat. Yossi Poediono menulis pesan: …. Acara yang sangat dinantikan juga oleh pak O’ong Maryono tapi rupanya beliau lebih dahulu mendahului kita …. Di bagian lain Tri Muriana Budianto menyampaikan pesan panjang tentang “O’ong, Lia dan Pencak Silat” yang merupakan sambutan Lia pada acara tsb. tanggal 1 Juni 2013. “Baju yang kebesaran dan buku yan sudah bertahun tahun dicari, hasil riset 7 tahun yang mendalam oleh Almarhum Pak O’ong Maryono.”
Ini pesan dari Fahmy Arafat Daulay yang dilengkapi dengan foto Di akhir bagian terakhir ini di-posting dua kliping berita yaitu: (1) Elang Putih Unjuk Gigi di Jogjakarta, dan (2) Eddy Nalapraya Banggakan Pencak Malioboro Festival. Sayang, kliping berita yang di-posting tidak menyebutkan sumber dan tanggal publikasi sehingga mengurangi akurasi kliping berita tsb. Kerja keras Bu Lia mengumpulkan pesan-pesan di Facebook Mas O’ong Maryono dalam buku “100 Hari Mengenang O’ong Maryono” (27 Juni 2013) merupakan salah satu bukti cinta yang tidak akan pernah lekang bagi perempuan yang berasal dari Sicilia, sebuah daerah otonom di Italia, dan pulau terbesar di Laut Tengah ini. *** [Syaiful W. Harahap] ***