Mungkin sulit bagi kita untuk membayangkan adanya hubungan antara seni patung dan pencak silat. Namun bagi Dolorosa Sinaga, keduanya memiliki kesamaan. Contoh, menurutnya pencak silat merupakan sumber inspirasi yang sangat kaya bagi praktisinya sebagai seniman patung, karena pencak silat mengandung unsur volume, bentuk, gerak dan juga jiwa. “Keduanya pun merupakan kesenian yang menonjolkan gerak ritme”, tambahnya pada konfrensi pers pameran Seni Patung Pencak Silat di kantor Indonesia untuk Kemanusiaan di daerah Cikini Jakarta. Menurutnya, sebagai sumber inspirasi; pencak silat memiliki unsur yang sangat “seni rupa”.
Berawal dari gagasan dan kegelisahan para tokoh yang terlibat dalam O’ong Maryono Pencak Silat Award, pameran berjudul “Ekspresi keindahan Rasa dan Bentuk dalam Gerak Pencak Silat” ini pun cukup unik sebab meurpakan pameran pertama yang mewadahi kedua bentuk seni yang sangat berbeda ini. Selain Dolorosa Sinaga dan Studio Somalaing miliknya, kepanitiaan pameran ini melibatkan berbagai institusi seperti Cemara 6 Galeri-Museum, Teater Koma, Dewan Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Sanggar Belantara Betawi, dan perguruan Keluarga Pencak Silat Nusantara (KPSN).
Bertempat di Galeri Cipta III Taman Ismail Marzuki, 35 karya dari 25 seniman asal Jakarta, Bali, Bandung, dan Yogya ikutserta pada pameran yang berlangsung hingga 15 Agustus 2015. Ke 35 seniman tersebut adalah Dolorosa Sinaga, Inge Rijanto, Egi Sae, RW. Moeyadi, Taufan AP, Johan Abe, Hilman Syafriadi, Nanang Petrusi, Suryadi, Artherio, Jhoni Waldi, Dunadi, Martopo Waluyono, Ilham Rohadi, Cahyo Baskoro, Adhy Putraka Iskandar, Indra Gunadharma, Galang Aldinur Masabi, Muhammad Jundi, Handhika Ibnu Sanjaya, Dwi S. Wibowo, Tantio Adjie, Budi Santoso, Heru Siswanto, AC. Wicaksono.
Sebagian dari mereka terlibat berdasarkan undangan dari pihak penyelenggara pameran, dan sebagian lainnya lolos seleksi dari proses open call yang diadakan dari tahun lalu. Dari berbagai karya patung yang dipamerkan pada pameran ini, terlihat bentuk, teknik, serta bahan dasar yang beragam. Namun, secara keseluruhan nampak tercermin keseragaman dari ekspresi sekelompok seniman yang tertarik untuk mengekspresikan gerak dinamika pencak silat dalam wujud seni patung.
Selain itu, kepedulian para pematung dalam pameran ini terhadap pencak silat juga nampak dalam bentuk lain. Selain menghabiskan banyak waktu untuk riset mengenai pencak silat dalam proses penciptaan karya, mereka pun setuju untuk menyumbang sebagian dari hasil penjualan karya selama pameran kepada O’ong Maryono Pencak Silat Award, sebuah program hibah yang diluncurkan tahun 2014 untuk mempromosikan pencak silat. Program hibah ini juga mendukung kegiatan penelitian dan dokumentasi pencak silat dan merupakan realisasi dari impian alm. Guru O’ong Maryono (1953-2013).
Pameran seni patung pencak silat ini juga turut diramaikan oleh berbagai rangkaian acara dengan pencak silat sebagai tema utama. Acara-acara ini antara lain pertunjukan pencak silat, lokakarya pengenalan pencak silat, serta pertunjukan pendek dari Teater Koma yang akan diadakan hari Sabtu dan Minggu tanggal delapan dan sembilan Agustus 2015 pukul 16:00 dan 19:00 WIB.
Menurut pihak penyelenggara pameran, serangkaian acara ini juga diadakan agar publik dapat mengenali seni pencak silat lebih dalam sebagai salah satu bidang olah raga dan kesenian yang khas Indonesia.
Informasi lebih lanjut mengenai pameran seni patung pencak silat atau O’ong Maryono Pencak Silat Award dapat dilihat di www.oongmaryonopencaksilataward.org dan www.kpsnusantara.com.