Suamiku Hidup Di Buku-buku Yang Diterbitkan

01_ind

Kemarin saya menghadiri peluncuran buku “Pencak Silat Setia Hati: Sejarah, Filosofi, Adat Istiadat” Karangan dari Agus Mulyana di kantor Disbudpar Jawa Timur. Buku ini didukung oleh Pencak Silat Award yang dipimpin oleh Dr. Rosalia Sciortino Sumaryono yang akrab dipanggil Lia Sciortino Sumaryono, istri almarhum O`ong Maryono maha guru dan aktivis pencak silat.

Ada 2 urusan yang membuat saya ada di event ini. Pertama bertemu dengan Lia, teman yang selalu melibatkan saya dengan urusan pencak silat sejak almarhum suaminya hidup. Kedua saya ingin bertemu dengan komunitas pencak silat untuk mendapat dukungan tentang self defens melalui pencak silat yang dihidupkan di setiap kampung di kota Surabaya.

Event ini dihadiri tokoh-tokoh penting pencak silat di Jawa Timur seperti anggota komisi E DPRD Jawa Timur, Ibu Yayuk yang ternyata adalah aktivis pencak silat dari Perisai Putih. Ternyata ada juga yang saya kenal yakni Mas Amien guru pencak silat yang sungguh kreatif, Mbak Nadia ketua Koalisi Perempuan Indonesia Jawa timur dan Mas Henry Nurcahyo aktivis Panji. Pertemanan dan jaringan baru selalu menyenangkan hati.

Lia menutup kata sambutannya dengan mengatakan bahwa suami saya hidup dalam buku-buku yang diterbitkan oleh Pencak Silat Award yang baru saja dilahirkan (kurang dari 3 tahun). Masa krisis yang menimbulkan “kebingungan, kehilangan dan kegoncangan” akibat meninggalnya suami telah terisi sebuah jalan mendukung cita-cita almarhum suaminya yakni MENGANGKAT HARGA DIRI PENCAK SILAT INDONESIA melalui dokumentasi pencak silat dari hasil penelitian, komik, jurus dan lain-lain.
Sumbangannya Pencak Silat Award sudah nampak yakni 4 buah buku dan pameran akbar patung pencak silat di TIM. Gerakan dari Pencak Silat Award ini semoga mendukung niat untuk menjadikan pencak silat sebagai warisan budaya yang diakui oleh UNESCO.

Menarik sekali melihat bagaimana cinta bertemu, dijalani dan menjadi KITA yang mampu membuat karya. Jenis cinta seperti inilah yang saya ingin jalani. MEMBANGUN KEKITAAN yang pada akhirnya mendukung perkembangan peradaban. Saya kira O`ong Maryono sebagai petarung dan atlit masuk ke wilayah budaya (seni dan spiritualitas), pluralisme dan kemanusiaan dari pencak silat sedikit banyak ada pengaruh istrinya yang seorang antropolog. Perspektif dari horizon yang lengkap dari pencak silat kemudian jadi dasar gerak dan aktivis O`ong Maryono, pada akhirnya menempatkannya pada ketokohan penting.

Apa yang dimulai O`ong Maryono meskipun telah meninggal, kemudian dilanjutkan Lia istrinya. Bertemu, berdialektika dan menjadi besar serta berkembang. Begitulah cara kita berada yang memungkinkan perkembangan positif. Semoga semakin mantap saja apa yang dilakukan Pencak Silat Award. Krisis telah berlalu. Jalan telah ditemukan dan langkah telah diayunkan. (esh)