Silat Mengajarkan Nilai dan Kekuatan

20161204_112108

SERANG – Pencak silat bukan saja sebagai keahlian melindungi diri. Pencak silat juga mengajarkan nilai-nilai luhur untuk bertahan hidup. Hal tersebut menjadi ciri khas seni bela diri pencak silat yang berbeda dengan bela diri pada umumnya.

Hal tersebut mencuat dalam bedah buku penelitian berjudul Keyakinan dan Kekuatan Seni Bela Diri Silat Banten karya Gabriel Facal di Auditorium Surosowan, Rumah Dunia, Ciloang, Kota Serang, Minggu (4/12/2016).

Menurut hasil penelitian Gabriel pencak silat memiliki ciri khas yang berbeda dengan seni bela diri lain di dunia. “Ada perbedaan silat Banten dan silat di negera lain. Sebagai Antropolog saya melihat silat memiliki beberapa dimensi seni,” kata Gabriel.

Ciri khas tersebut, menurut Gabriel, silat memiliki dimensi tarian (igelan), dimensi musik (kendang pencak), kreativitas dalam merespons ruang, gerakan teatrikal, dan digunakan dalam beberapa acara adat di tengah masyarakat.

Gabriel sendiri belum bisa menastikan kapan tepatnya pencak silat mulai hadir pada masa Kesultanan, kata Gabriel, bentuk silat dan ilmu kanuragan sudah ada dan digunakan untuk melakukan penberintakan melwan Belanda.

“Puncaknya pasukan Terumbu juga terlibat aktif dakam pemberontakan silat dipakai untuk melawan Balanda ada Geger Cilegon 1888,” kata Gabriel.

Melalui penelitiannya, Gabriel menorekan lima aliran pencak silat seperi Tjimande Tari Kolot Kebon Djeruk Hilir (TTKDH) di Serang, Terumbu, Bandrong di Bojinegara, Haji Salam di Pekarungan, dan Ulin Makao di Pandeglang.

Dari kelima aliran pencak silat Gabriel menemukan ciri khas pada aliran TTKDH punya ciri khas dengan TTKDH yang ada di Bogor. “Ada sub ritual yang membedakan dengan TTKDH di Bogor. Tahapan seperti mengeraskan tangan dan sebagainya.”

Selain itu, ia menemukan aliran Terumbu. Aliran ini yang diklaim sebagai aliran tertua di Banten. “Konon muncul pada masa Kesultanan. Terumbu mementingkan pukulan dengan kekuatan penuh,” paparnya.

Pada seni Bandrong dari Bojonegara, aliran Haji Salam dari Pekarungan dan Ulin makao juga meiliki ciri khas yang punya keunggulan dan teknik-teknik mematikan.

Tokoh masyarakat Banten yang dikenal dengan dunia persilatan, Embay Mulya Syarief menceritakan bahwa pencak silat diajarkan setelah mengaji. “Sebelum diajarkan jurus, kita juga diajarkan nilai. Beda silat dengan bela diri, kita dimatangkan prilaku tidak boleh sombong,” kata Embay.

Selama perjalanan dirinya belajar pencaj silat Embay selalu menemukan sisi nilai dan kearifan dalam pencak silat. “Setelah prilaku kita dianggap baik baru diajari pencak silat. Jangan ngaku orang Banten kalau tidak solat dan jago silat,” tuturnya.

Sejauh ini, menurut Kasie Kesenian Disbudpar Banten Rohendi pencak silat tengah menjadi nominasi warisan budaya tak benda di UNESCO. (You/Red)