Saya mengenal mas O’ong sekitar 3 tahun lalu ketika berkunjung ke padepokan silat taman mini.
Sosoknya yang bersahaja dan keinginannya tentang pelestarian pencak silat diikuti oleh langkah-langkah yang nyata.
Salah satunya adalah dengan menuliskan buku “Pencak Silat Merentang Waktu”
Kepada salah satu sahabat Tangtungan, Mas O’ong pernah berkata, “Kalau mau terjun untuk melestarikan pencak silat, jangan ngomong untung. Sudah banyak buktinya bilangnya melestarikan tapi ujung-ujungnya cuma cari untung materi sesaat. Kalo mau memajukan Pencak Silat itu Susah kalo cari untung materi utk sekarang ini , jangan ngimpi berlebihan bisa jadi Sugih Bondo kalo mau terjun disini, , jangan ngimpi berlebihan bisa jadi Sugih Bondo kalo mau terjun disini”
Beliau ini dikenal mencari materi di tempat lain dan banyak membuangnya untuk membantu pelestarian dan pengembangan Pencak Silat, seperti bagaimana dia dulu kesana kemari mencari sumbangan untuk menyelesaikan bukunya selama 7 tahun pembuatannya.
“Buku ini tidak bisa menyenangkan semua pihak, banyak yang harus di tutup dan tidak boleh di tulis tapi waktu itu pemikirannya sebuah buku yang bercerita tentang pencak silat harus terbit”.
Dan bisa dibilang di era beliau ini buku ini belum ada yang menandingi kualitasnya.
Teringat bagaimana dulu beliau terbang dari Italia ke Jakarta hanya untuk menjadi moderator di seminar UI tahun 2011. Juga bagaimana beliau hadir di Pameran Foto Silat di Malioboro Yogyakartadari Singapore walaupun kondisinya kurang fit hanya karena ingin melihat pameran foto pencak silat tersebut.
Beliau sangat sering berbagi nasehat yang sangat berharga kepada siapa saja. Nasehat-nasehat yang lebih berharga dibandingkan materi.
Kepergian Mas O’ong dalam renungan kawan-kawan sesama pecinta silat meninggalkan banyak kisah tentang kecintaannya terhadap pencak silat. Semuanya merasa kehilangan sosok pecinta silat. Keinginannya untuk melestarikan pencak silat tentunya akan berlanjut ke pundak generasi berikutnya. Sebuah komentar juga datang dari rekan peneliti silat dari luar negeri “lalu nanti saya bisa bertanya pencak silat sama siapa lagi untuk thesis saya” dan sebuah BBM dari sahabat “kakak, lalu siapa lagi narasumber yg punya wawasan seperti pak Oong..?”.
Tapi percayalah, akan ada O’ong O’ong yang lain yang akan meneruskan estafetnya melestarikan pencak silat agar menjadi tuan rumah di negaranya sendiri.
Sehari sebelum kepergiannya, mas O’ong sempat meminta video persiapan Festival Pencak Silat Malioboro 2013 juga meminta doa pada teman-teman pesilat di Padepokan Pencak Silat Taman Mini.
Semoga arwahnya diterima di sisi-Nya. Aamiin.
Selamat jalan pecinta silat, kami kehilangan dirimu.
Teruntuk Mas O’ong, semoga keinginanmu akan terwujud. Aamiin.