Menpora Imam Nahrawi menghadiri acara Pameran Seni Patung Pencak Silat di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Rabu (12/8). Kegiatan ini untuk mengenang almarhum legendaris silat Sumaryono atau O’ong Maryono.
“Untuk melanjutkan pelestarian dan pengembangan budaya silat yang pernah dilakoni O’ong, kami juga menggelar “O’ong Maryono Pencak Silat Award”, sebuah program hibah kecil yang mendanai kegiatan-kegiatan penelitian, dokumentasi dan publikasi mengenai pencak silat agar beladiri seni ini dapat lebih dikenal dan dihargai,’ kata Rosalia Sciortino, istri dari almarhum legendaris silat O’ong Maryono kepada Menpora di sela-sela Pameran Seni Patung Pencak Silat di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Rabu (12/8).
Sumaryono yang biasa dipanggil O’ong Maryono lahir di Bondowoso, Jawa Timur, 28 Juli 1953. Sejak kecil O’ong sangat meminati dunia beladiri. Karenanya sejak 9 tahun ia telah mempelajari pencak silat Madura dan Bawean serta berlatih seni beladiri Kuntao. Dari Kakek, Matrawi, O’ong mempelajari jurus Macan Kumbang.
Dalam rentang tahun 1979 sampai 1987 ia memenangkan kompetisi nasional dan internasional pencaksilat yang tak terkalahkan. Di antara prestasi internasional yang diraihnya, ia dua kali menjadi juara dunia pencak silat di kelas bebas pada tahun 1982 dan 1984. Dia juga memenangkan hadiah pertama dalam kategori yang sama di SEA-Games ke XIV yang diselenggarakan tahun 1987 di Jakarta.
Antara tahun 1982 dan 1985 karier O’ong sebagai olahragawan beladiri mendominasi kejuaraan nasional Taek Won Do dan memenangkan juara di kelas berat berat. Setelah mengakhiri kariernya sebagai atlet, O’ong kemudian melanjut-kan kariernya sebagai pelatih silat di berbagai negara antara lain di Brunei Darussalam, Belanda, Filipina, dan baru-baru di Thailand. O’ong juga main di film seni beladiri Indonesia seperti Tutur Tinular, Saur Sepuh dan Jaka Swara.
Setelah bertarung dengan gagah berani dan penuh santun di dunia persilatan, Pendekar O’ong akhirnya pasrah menjalani takdir. Setelah berikhtiar melawan kanker, Pendekar O’ong wafat di Singapura 20 Maret 2013 dipelukan istrinya, Prof. Rosalia (Lia) Sciortino, didampingi keluarga dan teman. Atas permintaan keluarga KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), jenazah Pendekar O’ong diterbangkan dari Singapura ke Jakarta dan dimakamkan di kompleks pemakaman Pesantren Ciganjur Jakarta.
“O’ong merupakan sosok olahragawan yang tangguh. Juga upayanya untuk terus mengembangkan silat yang merupakan beladiri asli Tanah Air ke pentas internasional. Beliau merupakan inspirasi bagi kita kita semua,” kata Menpora.
__
Sumber: http://www.katakini.com/berita-menpora-hadiri-pameran-seni-silat-mengenang-oong.html