Pameran Seni Patung Pencak Silat

Sorry, this entry is only available in Indonesian. For the sake of viewer convenience, the content is shown below in the alternative language. You may click the link to switch the active language.

Made in Indonesia – Suryadi

Pameran pertama di Indonesia yang mengesplorasi ilmu bela diri pencak silat “Ekspresi Keindahan Rasa dan Bentuk dalam Gerak Pencak Silat”, 1 Augustus 2015, dibuka untuk umum di Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki dan akan berlangsung selama 2 (dua) minggu hingga 15 Agustus sebagai wujud gerakan pelestarian budaya pencak silat dan upaya untuk meningkatkan nilai apresiasi masyarakat akan relevansi pencak silat sebagai cerminan keanegaragamaan budaya Indonesia.

Dunadi

Pameran yang unik ini diselenggarakan oleh O’ong Maryono Pencak Silat Award,  sebuah upaya nirlaba yang diluncurkan pada tahun 2014 untuk mempromosikan pencak silat dengan membiayai kegiatan penelitian (termasuk eksplorasi seni) dan dokumentasi ilmu bela diri, sesuai impian alm Guru O’ong Maryono (1953-2013). Selama hidupnya, beliau berkiprah sebagai olaragawan dan pelatih yang berprestasi di tingkat nasional, regional dan dunia, maupun sebagai cendekiawan dengan meneliti dan menulis mengenai pencak silat termasuk buku “Pencak Silat Merentang Waktu” dan versi Inggrisnya “Pencak Silat in the Indonesian Archipelago” dan membuat terobosan-terobosan dalam pelestarian dan pengembangan pencak silat. Hasil dari langkah pionir membawa pencak silat ke ruang senirupa dan menciptakan kolaborasi baru antara seni dan ilmu bela diri, melebihi harapan panitia. Terkumpulnya lebih dari 40 karya dari 27 pematung Pencak Silat membuktikan prediksi bahwa pencak silat punya potensi besar menjadi inspirasi dunia seni rupa. Pencak silat yang selama ini diabaikan oleh dunia senirupa maupun dalam kata mendiang Oóng Maryono, seorang tokoh pencak silat yang mengispirasi pameran ‘’kini, “tidak menjadi tuan di rumah sendiri” sekarang menonjol dengan segala kekayaan dan keragaman arti dan gerak yang tertumpah dalam berbagai karya pematung dari berbagai daerah termasuk Sumatra, Jawa, Bali dan NTT. Mereka berhasil mengekspresikan pencak silat ke dalam idiom seni patung dan dengan demikian membuka wacana baru di mana terjadi lintas fertilisasi ide dan pengalaman di antara bidang seni beladiri dan seni rupa yang akan saling memperkaya keduanya.

Sebagian dana dari penjualan patung akan disumbangkan ke O’ong Maryono Pencak Silat Award untuk memperluas kegiatan. Kepanitiaan pameran ini melibatkan berbagai pihak yang selama ini telah dikenal secara konsisten melestarikan seni budaya Indonesia dan keragamannya. Pameran didukung oleh Indonesia untuk Kemanusiaan (IKa) sebagai pengelola O’ong Maryono Pencak Silat Award, Studio Somalaing, Cemara 6 Galeri-Museum, Teater Koma, Dewan Kesenian Jakarta dan Taman Ismail Marzuki (TIM), dan dimeriahkan oleh sanggar-sanggar Belantara Betawi dan perguruan Keluarga Pencak Silat Nusantara (KPSN) di mana alm O’ong Maryono berkiprah.

Pada acara pembukaan akan diselenggarakan pertunjukan Palang Pintu yang mengkaitkan pencak silat dengan seni pantun dan akan menampilkan pertunjukan pencak silat oleh Guru Elang Putih Bondowoso, Ilham Rohadi, yang selain teman alm O’ong Maryono juga salah satu pematung di pameran ini, dan Nur Putra Alam Damai, seorang pesilat anak dari perguruan Tapak Suci untuk menujukan transfer ilmu antargenerasi. Prof Edi Sedyawati sebagai pemerhati budaya akan memberi refleksi mengenai eksperimen lintas seni ini dan pentingnya untuk pelestarian budaya yang dinamis.

Agar publik memperoleh kesempatan mengenali pencak silat secara lebih mendalam. Selama pameran akan diadakan pertunjukan pencak silat, pertunjukan teater dengan tema pencak silat dan latihan pencak silat terbuka untuk umum dengan jadwal sebagai berikut:

  • Pertunjukan:  Senin, Rabu, Jumat, Pk. 19.00 – 21.00 WIB
  • Lokakarya: Sabtu dan Minggu, Pk. 10.00 – 12.00 WIB
  • Teater Koma: 8 dan 9 Agustus, Pk 16.00 & 19.00 WIB

Daftar Perupa

Dolorosa Sinaga, Inge Rijanto, Egi Sae, RW. Moeyadi, Taufan AP, Johan Abe, Hilman Syafriadi, Nanang Petrusi, Suryadi, Artherio, Jhoni Waldi, Dunadi, Martopo Waluyono, Ilham Rohadi, Cahyo Baskoro, Adhy Putraka Iskandar, Indra Gunadharma, Galang Aldinur Masabi, Muhammad Jundi, Handhika Ibnu Sanjaya, Dwi S. Wibowo, Tantio Adjie, Budi Santoso, Heru Siswanto, AC. Wicaksono, dan Yanto.