Pencak Silat, Sumber Generasi Inspirasi

Sorry, this entry is only available in Indonesian. For the sake of viewer convenience, the content is shown below in the alternative language. You may click the link to switch the active language.

Pencak Silat, Sumber Generasi Inspirasi

Diiringi ritmis tabuhan gendang, jurus demi jurus diperagakan para pesilat dari berbagai penjuru Nusantara di halaman gedung Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat (7/8). Tiap kali perwakilan perguruan silat usai memperagakan jurusnya, tepuk tangan penonton bergemuruh, makin memeriahkan suasana.

Menurut Dr. Rosalia Sciortino, istri mendiang tokoh silat Maryono yang ikut mendirikan Maryono Pencak Silat Award (sebuah program hibah, penelitian dan dokumentasi pencak silat) menyebutkan acara ini merupakan bentuk pelestarian budaya.IMG_20150807_200046

“Ini tujuannya memang demi melestarikan impian suami, yang khawatir tentang menghilangnya pencak silat sebagai budaya yang sangat kaya,” terang Rosalia.

“Kita juga ingin sampaikan bahwa pencak silat pantas menjadi inspirasi,”  tambah Rosalia saat menjelaskan pameran ukiran yang terinspirasi dari gerakan-gerakan pencak silat. “Jika tari seringkali dipakai sebagai sumber inspirasi, lalu banyak lukisan penari, patung penari, tapi masih jarang yang inspirasinya dari pencak silat, padahal gerakannya sangat kaya.”

“Pencak silat posisinya masih terpenjara dan belum begitu dihargai, baik oleh seniman maupun masyarakat umum,” keluh  Rosalia.

Generasi Penerus

Anak-anak pencinta Pencak Silat

Menurut Rosalia, satu hal yang memberinya optimisme adalah animo masyarakat, terutama anak-anak dan generasi muda pada budaya pencak silat cukup tinggi, dilihat dari pengunjung pertunjukan yang diadakan tersebut.

Ahmad Firdaus misalnya. Siswa kelas 6 SD Bintaro Jaya yang datang bersama teman-temannya itu mengaku sangat menikmati pertunjukan pencak silat ini.

“Keren-keren, mantep-mantep mereka jurusnya,” ujar anak lelaki yang baru belajar pencak silat tiga bulan ini.

Lain Firdaus, lain pula Fadhilah Puput Sanjani, remaja putri yang baru berumur 13 tahun dari Perguruan Pencak Silat Joko Thole yang membawakan peran Srikandi pejuang kemerdekaan Indonesia dalam pertunjukan silatnya.

‘Kita memerankan pencak silat yang bercerita tentang Pangeran Trunojoyo yang tidak mengakui kalau para srikandi punya kekuatan untuk membantu perjuangan memerdekakan bangsa,”ujar Puput. “Tapi ternyata Srikandi membuktikan bahwa ia juga bisa ikut merebut kemerdekaan bangsa.”

Generasi penerus ini menurut Rosalia harus terus dibentuk, agar kekayaan khasanah pencaksilat tetap terjaga.

“Saya sangat percaya budaya ini harus ada regenerasi. Jika tidak, akan hilang. Tapi bukan dengan cara yang kaku. Dengan terobosan-terobosan baru. Seperti yang dilihat di sini. Pake kostum, pakai cerita, pakai lirik syair. Jadi bagaimana melestariikan budaya yang dinamis. Tidak mungkin hanya dilestarikan dengan cara yang konvensional,”ujar Rosalia.

__