REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Gusamanudin Natawijaya atau dikenal GJ Nawi terpilih sebagai penerima Oong Maryono Pencak Silat Award yang diserahkan pada acara penutupan Pencak Silat Malioboro Festival III oleh Rosalia Sicortino (Lia O’ong Maryono), di Pasar Ngasem Yogyakarta, Ahad malam (1/6).
”Sejak tahun 2008 saya meneliti dan mendokumentasikan pencak silat Betawi karena pada umumnya dokumentasi pencak silat sangat miskin sehingga dikhawatirkan bisa punah. Namun penelitian kami sempat terhenti karena keterbatasan dana,” Kata DJ Nawi pada Republika, Ahad malam (1/6).
Menurut data dari PPS Putra Betawi tahun 1985 pencak silat Betawi ada sekitar 317 aliran. ”Dari hasil penelitian saya ,pencak silat Betawi tinggal sekitar 100 aliran karena seiiring perjalanan waktu dan pendokumentasian yang kurang, aliran pencak silat Betawi banyak yang punah,”ungkap dia.
DJ Nawi yang dari keluarganya banyak yang menggeluti pencak silat dan bahkan kakeknya merupakan pendekar dari PPS Putra Betawi, tertantang untuk melakukan penelitian tentang Pencak Silat Betawi.
”Saya sempat mendapat dorongan dari Mas Oong almarhum , katanya jadilah pendekar yang bersenjatakan pena, bukan hanya pedang,”kenang dia. Untuk mewujudkan keinginan DJ Nawi, sejak tahun 2008 dia selalu menyisihkan sepertiga gajinya sebagai penulis lepas tentang pencak silat ini, untuk meneliti pencak silat keliling Betawi.
”Alhamdulillah terima kasih sekali saya mendapatkan Oong Maryono Pencak Silat Award. Dengan dana dari award ini saya bisa meneruskan untuk meneliti pencak silat yang ada ke Kepulauan Seribu yang katanya di sana juga ada beberapa aliran,”kata ayah dari tiga anak ini.
Dari hasil penelitiannya akan didokumentasikan dalam bentuk buku berjudul “Main Pukulan Pencak Silat Betawi”. Buku tersebut merupakan satu-satunya buku tentang Pencak Silat Betawi yang cukup lengkap. Buku tersebut ditargetkan bisa selesai ditulis dan masuk ke penerbitan Januari 2015 dan dilaunching Februari/Maret 2015.
Untuk diketahui, O’ong Maryono adalah seorang tokoh yang banyak berjasa terhadap pengembangan pencak silat. Selain seorang praktisi silat, O’ong juga melakukan penelitian tentang pencak silat dan beberapa kali menerbitkan tulisan lepas tentang seni beladiri. Setelah melakukan penelitian intensif di berbagai perpustakaan dan lapangan, pada tahun 1998 ia menerbitkan buku dengan judul, “Pencak Silat Merentang Waktu”.
Buku monumental ini menekankan aspek sosial budaya dari pencak silat dan pengembangan sejarah. Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa inggris dengan judul “Pencak Silat in the Indonesian Archipelago”. Kedua versi buku ini telah mendapatkan pengakuan publik yang luas dan telah menjadi sumber utama pengetahuan tentang pencak silat.